Pisang |
Studi formatif ini telah dilaksanakan di Brebes pada tanggal 1-4 Mei 2013 dengan kelompok sasaran yang di wawancarai adalah Ibu Hamil PKH dan Non PKH, Ibu dengan usia 0-6 bulan (PKH dan Non PKH), Ibu dengan 6-24 bulan (PKH dan Non PKH), Mertua, Suami di 2 lokasi yaitu desa Jipang kecamatan Bantarkawung dan Sawojajar kecamatan Wanasari.
Hasil temuan studi formatif berkenaan dengan persepsi perilaku di masyarakat antara lain;
pertama, pada masalah Tablet Tambah Darah jika sudah sehat kan tidak usah minum tablet Tambah darah, jika minum tablet tambah darah nanti kuatir darahnya kebanyakan
kedua, persepsi makanan selama hamil “ maklumi saja jika ibu tidak makan banyak, itu bawaan jabang bayi lho, menurut ibu kebanyakan nasi, tahu tempe, sayur sudah cukup untuk kesehatan bayi”
ketiga, memberikan pisang dan air sebelum usia 6 bulan hal biasa, soalnya ASI tanpa makanan lain nanti badan anak boyot, besarnya tidak padat, anak kurang bergerak, anak sering nangis, dan mudah sakit, jika bayi di kasih Air Susu Ibu dan Pisang maka badan anak lebih berisi, keras padat, tidak lembek, anak bergerak lebih agresif, anak tidak gampang nangis.
Keempat, untuk makanan Pendamping ASI, bayi saya kira cukup diberi Nasi, sayur, tempe, tahu, atau bubur, tidak kuat jika dibeli ikan, ayam, daging karena mahal.
Kelima, cuci tangan pakai sabun, tahu sebenarnya tapi tidak dipraktekkan lengkap (tanpa sabun), sudah kelihatan bersih dan tanpa bahu sudah cukup.
Menurut Risang Rimbaatmaja, peranan orang tua, nenek, atau kakek si anak serta suami sangat berperan agar budaya yang keliru diatas, bisa di rubah secara bertahap. Bahwa memberikan tablet tambah daerah sangat baik bagi kesehatan Ibu hamil agar terhindar dari bahaya anemia (kekurangan darah), selama masa kehamilan seorang ibu harus menjaga kandungan kesehatannya termasuk gizi bagi sang jabang bayi. Ketiga jangan memberikan pisang sebelum usia 6 bulan karena berbahaya bagi bayi, dengan diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sudah cukup.
Bahaya yang timbul antaranya, dengan pemberian makanan sebelum saluran pencernaan siap untuk mencerna dapat menimbulkan berbagai masalah seperti perut kembung, susah BAB dan gangguan pencernaan lainnya. Rawan muncul alergi karena usus belum siap menerima makanan serta rawan sakit yang disebabkan oleh kuman karena daya tahan tubuh bayi sebelum masa 6 bulan belum sempurna.
” Jika bayi dibawah usia 6 bulan tampak masih lapar setelah minum ASI atau susu furmula sebaiknya jangan buru-buru diberi makanan tambahan tapi berkonsultasilah dengan dokter anak. Mungkin rewelnya bukan disebabkan oleh lapar tapi lebih pada tingkah laku atau masalah medis,” tandas Risang mengakhiri uraian penelitiannya. (Bahrul Ulum-fasilitator Unicef Brebes)
Post a Comment